Belum lama ini, sebuah video yang viral di media sosial menjelaskan tentang kemunculan tembok raksasa sepanjang 110 km di dasar laut perairan Papua, Indonesia.
"Misteri dinding Papua yang belum terpecahkan. Geger kemunculan tembok raksasa di bawah laut Papua, panjangnya 1.010 km dan tingginya 1.860 meter."
"Untuk memastikan apakah tembok tersebut dibuat manusia atau hasil dari proses alam, bisa dilihat dari struktur dan ukirannya. Jika terdapat ukiran dengan struktur sambungan antar batu (seperti pirami dan candi), bisa jadi itu dibuat oleh manusia, tetapi jika sama sekali tidak ada sambungan dan ukiran, itu biasanya karena proses alam, karena di laut proses geologi terjadi secara dinamis."
Meskipun saat ini sedang banyak dibicarakan, kabarnya video ini sudah beredar di sebuah blog sejak tahun 2011, mungkin salah satunya sudah dibahas di blog ini, indocropcircles.
Besarnya tembok ini juga menimbulkan berbagai spekulasi termasuk ini adalah peninggalan peradaban kuno, bukti keberadaan bangsa raksasa, hingga bukti Atlantis, karena indonesia sering disebut sebagai bagian dari benua Atlantis yang hilang.
Merdeka.com mencoba mengonfirmasi kepada pakar geologi terkait berita ini.
Danny Hilman Natawidjaja (ahli geologi BRIN) mengatakan bahwa dalam video itu tidak jelas lokasi dan sumbernya.
"Gak jelas sumbernya, gak jelas lokasinya. Tetapi kemungkinan besar hoaks atau salah interpretasi kenampakan kelurusan pada data bathimetri di Google Map, karena efek processing, ketika membuat data bathimetri. Hal ini banyak terjadi di berbagai tempat di dunia."
"Lagian, kalo emang ada ekspedisi laut yang menemukan tembok besar di bahwa laut, pasti dunia ilmiah sudah heboh, dan ada publikasi resminya."
Muhammad Burhannudinnur (Ketuan Ikatan Ahli Geologi Indonesia) mengatakan untuk menentukan apakah video itu asli atau palsu, diperlukan pengecekan lebih lanjut dan riset lebih mendalam mengenai hal ini.
"Untuk memastikannya, diperlukan data batuan atau materialnya, morfologi bawah laut, ukuran dan geometrinya atau bisa dengan batimetri."
"Secara geologi, kenampakan tebing yang relatif lurus bisa saja terjadi secara alami seperti pada bidang sesar turun atau gerusan sungai."
Tempo menemukan bahwa unggahan tentang tembok raksasa ini sudah beredar di sebuah blog sejak tahun 2011.
Penelusuran menggunakan Open Sea Map memperlihatkan gugusan yang membentuk garis lurus di bawah permukaan laut. Namun, gugusan ini tidak terlihat saat menggunakan Google Earth, ataupun menggunakan gambar satelit Sentinel Hub tanggal 30 Mei 2023.
Tempo juga menelusuri peta yang dirilis BIG (Badan Informasi Geospasial), lembaga resmi pemetaan wilayah Indonesia, dan dari peta yang dilansir Big, tidak ditemukan gugusan yang serupa.
Tempo kemudian mewawancarai Danar Guruh Pratomo, Kepala Departemen Teknik Geomatika ITS Surabaya, untuk mendapat penjelasan mengenai fenomena dalam peta ini.
Danar mengatakan bahwa setelah memeriksa data dari berbagai sumber, ia tidak menemukan objek berupa tembok atau dinding bawah laut di sekitar Papua.
Danar mengatakan :
"Gambar yang tampak seperti dinding tersebut merupakan bathymetry artifacts atau kedalaman semu. Salah satunya disebabkan oleh kesalahan sumber data ataupun saat mengolah data batimetri. Batimetri adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau."
"Kesalahan pengambilan data saat survei atau bottom mistracking dalam pemetaan wilayah bisa terjadi. Bottom mistracking pada saat pengambilan data batimetri atau noise yang tidak terfilter saat pengelolaan data bisa menjadi penyebab terjadinya kedalaman semu tersebut."
Dalam video yang beredar pun, hanya memperlihatkan ilustrasi 3d dari tembok raksasa ini, lalu penyelam yang menyoroti dinding besar yang hanya muncul selama beberapa detik tanpa keterangan jelas, lalu diselingi dengan dugaan tembok ini sebagai bukti peradaban bangsa raksasa, tentunya ini adalah bukti-bukti yang kurang untuk meyakinkan penonton yang melihatnya.
Saya juga telah mencoba mencari sumber berita ini yang dibahas oleh media luar negeri, tetapi tidak menemukan satu pun yang membahas soal tembok raksasa ini, bahkan di kolom berita terupdate pun tidak ada yang membahasnya.
(Sumber : Tembok di Dasar Laut Papua)
Saya sedikit paham soal pemetaan, sepertinya sudah jelas kasus ini harusnya sudah selesai, "Tempo juga menelusuri peta yang dirilis BIG (Badan Informasi Geospasial)", tidak perlu ke lokasi serta menyelam pun dari data lembaga ini sudah cukup bahwa tidak ada apa-apa disana.
ReplyDeletewah terimkasih sdh dibahas yah min, cukup membantu ulasanya,
ReplyDeleteSehat sehat terus, semngat
ReplyDeleteAktivitas alam secara alami
ReplyDelete