Banyak bukti keberadaan Bigfoot telah diakui sebagai tipuan yang sengaja dibuat, tetapi mengapa masih ada yang tetap percaya pada makhluk Bigfoot ?
Daren Naish (ahli paleontologi) mengamati bahwa : "Ketertarikan pada keberadaan makhluk itu berada pada titik tertinggi sepanjang masa, meskipun tidak ada yang mendekati bukti yang meyakinkan."
Tidak adanya bukti juga bukan merupakan bentuk ketidakhadiran. Hewan liar tidak suka berfoto, dan hutan yang terus menyusut masih sering memberi kejutan. Dengan atau tanpa bukti yang kuat, banyak orang jelas ingin percaya pada Bigfoot. Ini menunjukkan bahwa kita lebih banyak berurusan dengan imajinasi daripada evolusi manusia.
Argumen yang tak berujung di antara pemburu Bigfoot, seharusnya menjadi masalah taksonomi yang sederhana :
Apakah ini kera atau manusia ?
Jika itu adalah sesuatu di antara keduanya, bagaimana ia bertahan dalam dua kehidupan yang sama sekali berbeda ini ?
Mitch Hedberg (komedian) mengungkapkan kekuatan mitos yang bertahan, dan menjelaskan : "Bigfoot itu blurry (buram), dan itu sangat menakutkan bagi saya. Ada monster besar yang tidak jelas berkeliaran di pedesaan."
"Saya belum pernah melihat Bigfoot dan tidak berharap (melihatnya). Kejahatan manusia tampaknya memberikan penjelasan yang masuk akal tentang apa yang sedang terjadi. Meski begitu, jelas Bigfoot bukanlah hal yang mustahil. Saya bertanya-tanya apakah sebuah pertemuan akan memicu krisis eksistensial bagi saya."
Beberapa alasan mengapa mengapa orang mungkin merasionalisasi kepercayaan kepada Bigfoot :
* Mereka pikir mereka telah melihat Sasquatch, dan mereka ingin membuktikan pada diri mereka sendiri dan pada dunia bahwa mereka tidak "gila"
Jika seseorang yang tidak percaya, mengira telah melihat seorang pria berbulu dengan mata merah dalam perjalanan berkemah, maka dia harus menghadapi dengan hal itu entah bagaimana.
Jika dia mendapati dirinya tidak dapat atau tidak mau membantah bahwa itu terjadi, maka dia mungkin mencoba mencocokkan pengalaman yang tidak dapat dijelaskan itu dengan kehidupan logisnya.
Tok Thompson (profesor antropologi dan komunikasi di USC) mengatakan, "upaya mencocokkan (atau menyesuaikan) ini adalah kecenderungan yang cukup umum di antara manusia."
"Orang menginginkan sistem kepercayaan yang komprehensif (mampu diterima dengan baik) dan konsisten, dan jika sesuatu dalam sistem kepercayaan kita tidak konsisten, kita mendapatkan cognitive dissonance (ketidaknyamanan mental yang dihasilkan dari memegang dua keyakinan atau sikap saling bertentangan) - itu mengganggu kita."
"Karena itu, kami mencoba memahami hal-hal yang tampaknya fantastis dengan memasukannya ke dalam perspektif yang saat ini kami pegang."
Cara populer untuk melakukan ini adalah dengan mencari bukti ilmiah.
McNeill menjelaskan mengapa banyak pemburu Bigfoot yang putus asa untuk menemukan bukti nyata untuk membuktikan keberadaaan Bigfoot. Reality show seperti Finding Bigfoot memiliki para amatir dan ilmuwan yang ikut serta dalam perjalanan memburu Sasquatch, dan mengapa organisasi BFRO ( Bigfoot Field Researchers Organization) telah mengumpulkan informasi tentang bukti dan penampakan Sasquatch sejak tahun 1995.
Orang-orang berharap mereka akan menemukan bukti yang akan memuaskan metode ilmiah dan memvalidasi keyakinan mereka.
Grover Krantz, adalah antropolog terhormat pertama yang keluar untuk mendukung pencarian Sasquatch, dan merupakan contoh yang bagus.
Meskipun dia tidak pernah bertemu dengan Bigfoot sendiri, ulasannya tentang bukti membuatnya percaya bahwa makhluk itu nyata. Dia mempertaruhkan seluruh karirnya sebagai profesor untuk mengakomodasi kepercayaannya terhadap Bigfoot, termasuk pernah ditolak untuk promosi, dan hampir dipecat.
Menurut data statistik, setidaknya setiap orang yang berjalan di antara kita percaya pada hantu atau peradaban kuno. Dia mengetahui bagaimana orang bereaksi terhadap pertanyaan survei, dan kemungkinannya ada lebih banyak orang yang percaya pada semua mitos (yang disebut) ini, termasuk Bigfoot, daripada data yang ada.
"Survei selalu menanyakan apakah mereka (orang-orang) percaya pada alien atau hantu atau tidak (mempercayainya). Tetapi masalahnya adalah, jika satu-satunya pilihan mereka untuk menjawab adalah ya atau tidak, maka mereka tahu apa jawaban yang benar, jawaban yang benar adalah tidak."
"Tetapi jika anda memberi mereka lebih banyak ruang dan meminta mereka untuk berbicara tentang keyakinan mereka, yang anda temukan adalah area abu-abu (tidak memihak/netral) di mana kebanyakan orang berada, di mana mereka berkata :
'Yah, anda tahu, saya sendiri belum melihat bukti yang kuat...tetapi saya memiliki teman atau anggota keluarga yang sangat baik atau seseorang yang saya percayai, yang telah melihat Bigfoot'. Atau mereka akan berkata :'Yah, saya tidak percaya hal ini, tapi, saya pernah melihat Bigfoot."
Karena begitu sedikit orang Amerika yang secara terbuka mengklaim percaya pada Bigfoot, jawaban semacam ini memungkinan orang untuk mengekspresikan keyakinan mereka sambil melindungi diri mereka sendiri dari kemungkinan dikucilkan oleh orang lain.
Ironisnya, alasan lain orang mungkin percaya pada Bigfoot adalah karena hal itu akan membuat mereka berselisih dengan komunitas mereka, jika mereka tidak mempercayainya.
* Suku mereka percaya pada Sasquatch, jadi akan aneh jika mereka tidak mempercayainya
Studi menunjukkan bahwa seseorang lebih cenderung percaya pada teori pinggiran atau gagasan paranormal jika mereka adalah penduduk Pantai Barat, dengan California yang sebagian besar telah dikenal sebagai Bigfoot Country.
Menurut BFRO, lebih dari 430 penampakan telah dilaporkan di negara bagian itu sejak tahun 1940an.
"Bigfoot mewakili Pacific Northwest dengan cara yang luar biasa. (Bigfoot) telah diambil sebagai lambang area itu. Anda memiliki festival Sasquatch, patung Bigfoot. Sepertinya anda harus percaya pada Bigfoot setidaknya jika anda tinggal di daerah itu...seperti (sebuah) kebanggaan budaya atau patriotisme."
Film Patterson-Gimlin yang kontroversial, juga diambil di California Utara, dan masih dipegang oleh orang-orang yang percaya Bigfoot sebagai bukti "asli" dari makhluk itu meskipun sebagian besar ilmuwan menyatakannya sebagai tipuan.
Antara akhir 1950-an dan awal 2000-an, sekitar 40 laporan pertemuan Bigfoot dilaporkan di daerah Humboldt County, sebuah area untuk raksasa berbulu.
Jaringan sosial dan budaya adalah yang mendorong cerita dan memberi kekuatan untuk bertahan.
"Sebagai contoh, sebagian besar orang yang percaya pada monster Loch Ness berasal dari Skotlandia, dan lebih dari setengah penduduk Islandia, percaya pada peri tersembunyi islandia atau Huldufólk, sampai-sampai proyek pembangunan sering diubah atau dihalangi agar tidak menggangu bebatuan, di mana mereka dianggap tinggal."
Thompson mengatakan :
"Manusia cenderung mengumpulkan keyakinan secara sosial. Bukan dari membaca koran, bukan dari membaca jurnal ilmiah, bahkan dari para pemuka agama. Kebanyakan orang, menurut saya, mengumpulkan sistem kepercayaan mereka dari kelompok sosial mereka. Mungkin komponen terkuat dari kepercayaan kebanyakan orang adalah kepercayaan rakyat."
Sejumlah besar suku asli dari pantai barat British Columbia hingga Pacific Northwest, tempat asal cerita Bigfoot, percaya bahwa makhluk itu ada.
Kata Sasquatch, sebenarnya dianggap sebagai pembantaian-Anglikan, dari kata sasq'ets Suku Salish, yang berarti "pria berbulu" atau "pria liar."
Menurut Thompson, penerimaan luas terhadap keberadaan Bigfoot adalah contoh langka dari penduduk asli Amerika yang mentransfer kepercayaan kepada Anglo-Amerika.
"Mereka (Anglo-Amerika) adalah dua budaya yang sangat berbeda secara radikal. Meskipun kami meminjam banyak kata dan terminologi dari budaya penduduk asli Amerika, tidak banyak dari dunia supernatural penduduk asli Amerika yang telah menemukan jalannya ke dunia Anglo-Amerika. Dan Bigfoot tampaknya menjadi pengecualian."
"Bigfoot semacam mengingatkan kita kepada penduduk asli Amerika, yang tinggal di hutan, mencoba untuk hilang dari deteksi. Dan melarikan diri dari masyarakat modern yang menarik bagi banyak orang."
Sebuah komentar berkata :
"Sejak saya pertama kali mengunjungi Pacific Northwest pada tahun 2011, dan melihat sendiri luasnya hutan lebat di sana, saya sama sekali tidak kesulitan untuk percaya bahwa populasi kecil primata yang pemalu dan cerdas dapat tinggal di sana, yang sebagian besar tidak terdeteksi. Ada area hutan lebat yang luas di mana manusia jarang menginjakkan kaki mereka."
* Percaya pada Bigfoot memunculkan harapan bahwa seseorang dapat bertahan hidup-sendiri, dan bahwa manusia belum sepenuhnya menghancurkan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki.
Robert Pyle (jurnalis yang membenamkan dirinya dalam kehidupan ilmuwan, pemburu, dan terobsesi dengan pencarian Bigfoot), mengatakan bahwa untuk berburu Bigfoot, anda harus hidup seperti (salah satunya).
Maksudnya, anda diharuskan untuk menghabiskan hari yang tak terhitung jumlahnya di hutan belantara, entah sendiri, atau dengan sedikit bantuan, terputus dari teknologi yang modern, dan terhubung dengan alam.
McNeill mengatakan : "Itu menggairahkan dan menghibur bagi orang-orang untuk berpikir bahwa hominid bipedal yang agak cerdas, dapat hidup bebas dan tanpa terdeteksi di hutan belantara."
Dalam bukunya, Where Bigfoot Walks, Robert Pyle menulis :
"Orang-orang tidak ingin menemukan Bigfoot - mereka ingin menjadi Bigfoot !."
"(Untuk beberapa orang yang percaya Bigfoot) Adalah dunia yang lebih baik jika Bigfoot bisa menjadi nyata...Ini mengatakan sesuatu yang positif tentang fakta bahwa kita mungkin tidak sepenuhnya menghancurkan planet yang kita tinggali jika suatu spesies dapat tetap tersembunyi dan belum ditemukan."
Yang lain membayangkan Bigfoot sebagai spesies yang sangat berevolusi dan bijaksana, tidak terikat oleh emosi manusia.
David Rains Wallace (penulis) menulis tentang Bigfoot dalam bukunya The Klamoth Knot : Explorations of Myth and Evolution :
"Bagaimana jika spesies hominid lain secara emosional melampaui Homo Sapiens, tidak mengembangkan kekejaman, keserakahan, kesombongan, dan 'kekanak-kanakan' lainnya yang tampaknya muncul dengan sifat neotenik kita ? Bagaimana jika hewan itu telah memahami dunia dengan cukup baik sehingga tidak perlu membangun peradaban. Makhluk seperti itu bisa memahami hutan dengan cara yang tidak bisa kita lakukan."
McNeill menebak bahwa sebagian besar penampakan Bigfoot terjadi di area hutan belantara terpencil karena orang-orang senang untuk mengetahui bahwa masih banyak yang bisa ditemukan di sana.
* Kurangnya bukti tidak membantah (keberadaan) Bigfoot, jadi sulit untuk menyatakan dengan pasti bahwa Bigfoot itu palsu
McNeill mengatakan, apa yang membuat legenda tetap hidup sebenarnya adalah oleh kurangnya bukti, karena misteri itu menarik keingintahuan alami yang melekat pada manusia.
Tindakan memberi hiburan terhadap legenda memungkinkan orang untuk memperluas pikiran mereka dan menantang persepsi tradisional.
"Jika sama sekali tidak ada kemungkinan Bigfoot menjadi nyata, maka legenda itu akan hilang. Dan jika sains (ilmu pengetahuan) muncul untuk mendukung penuh keberadaan Bigfoot, maka itu juga akan membuat legenda itu menghilang."
"Ini adalah kumpulan informasi yang sangat kacau dan membingungkan [di sekitar Bigfoot]. dan oleh karena itu, legenda (ini) tetap ada."
"Apa yang membuat legenda terus berjalan adalah kemungkinan, (karena) ambiguitas (ketidakjelasan). Legenda adalah cara kita mendiskusikan dan menjelaskan apa yang mungkin dan tidak mungkin dalam kenyataan."
Berapa lama mitos Bigfoot akan bertahan ?, Itu mungkin tergantung pada Bigfoot yang tetap belum ditemukan.
Jika Bigfoot ditemukan, ahli primata akan beramai-ramai datang ke Pacific Northwest dan kita akan mulai mempelajari semua tentang perilaku Sasquatch, ekologi, reproduksi dan semacamnya.
Ini tentunya menyisakan lebih sedikit ruang untuk membayangkan kemungkinan lain mengenai sosok Bigfoot yang misterius.
Sejauh ini bukti yang paling umum untuk keberadaaan Bigfoot adalah dari laporan saksi mata. Sayangnya, ini mmerupakan bukti terlemah. Laporan saksi mata didasarkan pada ingatan, dan ingatan tidak dapat diandalkan.
Live Science melaporkan :
"Bukti paling umum untuk Bigfoot adalah laporan saksi mata. Siapa pun yang terlibat dalam psikologi atau penegakan hukum, akan memberi tahu anda bahwa ini adalah bukti terlemah, karena kesaksian saksi mata diketahui sangat tidak dapat diandalkan."
Sebagian besar laporan saksi mata Bigfoot mudah dibantah, dan bahkan mereka yang meneliti Bigfoot akan mengakui bahwa sekitar sembilan puluh lima persen penampakan Bigfoot adalah kesalahan atau tipuan yang disengaja.
Misalnya, pada tahun 2013, seorang pria Utah menemukan apa yang dia pikir adalah fosil tengkorak Bigfoot, namun seorang ahli paleontologi mengonfirmasi bahwa itu hanyalah batuan yang lapuk.
"Saksi kejahatan, misalnya, dapat dipengaruhi oleh emosi mereka dan mungkin kehilangan detail penting dalam apa yang mereka lihat. Dalam hal yang sama, seseorang juga sering melebih-lebihkan kemampuan mereka untuk mengingat sesuatu. Ketika berbicara tentang cryptid seperti Bigfoot, otak manusia mampu menggambarkan peristiwa yang tidak dapat segera dijelaskan, dan banyak orang hanya ingin percaya bahwa mereka ada."
Menurut Scientific American, beberapa orang mengaku pernah mendengar vokalisasi Bigfoot, termasuk lolongan, geraman, dan jeritan (juga terkait dengan suara-suara lain seperti ketukan kayu).
Rekaman suara-suara ini terkadang menarik perhatian media, tetapi biasanya dapat dikaitkan dengan hewan yang telah dikenal, seperti rubah atau anjing hutan.
Genetika memberikan alasan lain untuk meragukan keberadaan Bigfoot. Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa tidak mungkin hanya ada satu makhluk unik yang sulit dipahami.
Banyak individu dari Bigfoot seharusnya ada untuk menyediakan keragaman genetik yang cukup untuk mempertahankan suatu populasi.
Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa (salah satu Bigfoot) akan dibunuh oleh pemburu, atau ditabrak pengendara di jalan raya, atau bahkan ditemukan tewas karena kecelakaan, penyakit, atau usia yang sudah tua) oleh pejalan kaki atau petani di beberapa titik area, namun, tidak ada mayat Bigfoot yang pernah ditemukan.
"Ini adalah satu-satunya alasan saya tidak percaya (Bigfoot). Bagaimana kita tidak pernah menemukan mayat atau tulang (Bigfoot). Jika kita dapat menemukan tulang dinosaurus yang berusia jutaan tahun, lalu mengapa kita tidak menemukan makhluk-makhluk ini yang 'hidup sekarang."
Seseorang membalasnya :
"Kira-kira 60.000 beruang hitam di provinsi asal saya di Ontario, Kanada, namun, untuk menemukan mayat beruang hitam yang mana saja, hampir tidak pernah terdengar. Sebagai tambahan, bahkan ketika (kita) mengetahui bahwa panda itu ada, butuh waktu satu dekade untuk menemukan salah satu yang hidup di alam liar."
Bahkan bukti fisik Bigfoot, seperti jejak kaki, rambut, dan darah, semuanya telah berhasil dibantah oleh analisis ilmiah.
Semua bentuk bukti ini semakin diperumit oleh fakta bahwa orang-orang (terutama penipu/hoaxers) dengan sengaja memalsukan cetakan Bigfoot, foto, dan hampir semua jenis bukti Bigfoot lainnya. Beberapa bahkan melakukannya selama beberapa dekade.
Ini membuat setiap kali ada bukti berupa foto, video, atau bukti lainnya, orang-orang pasti langsung mengatakannya sebagai hoax atau tipuan, bayangkan jika seseorang benar-benar merekam penampakan Bigfoot asli, tetapi orang-orang tidak menanggapinya dengan serius, dan kembali mengatakan itu hanyalah tipuan, tentu saja ini sangat merugikan.
Saya pernah membaca di sebuah forum yang membahas video Bigfoot, seseorang mengatakan : "Tidak peduli gambar atau video seperti apa yang keluar...Beberapa akan selalu mengatakannya sebagai hoax, tipuan, pria berkostum, dan lain-lain."
Jelas, tidak ada bukti yang bagus untuk mendukung kepercayaan pada Bigfoot. Jadi, mengapa orang tetap mempercayainya ?
Dalam sebuah artikel dari majalah Smithsonian, banyak alasan dikemukakan mengapa orang terus percaya pada Bigfoot. Beberapa percaya bahwa Bigfoot, dan makhluk serupa lainnya, adalah simbol kebebasan.
Mereka (Bigfoot) hidup dengan insting, dan menolak untuk ditekan oleh hukum alam. Dengan berburu seperti itu, orang merasakan kebebasan, dan dengan demikian bisa sangat berhubungan dengan alam.
Mengapa legenda Bigfoot terus berkembang ? jawabannya mungkin sederhana, karena begitu banyak orang ingin (makhluk) itu menjadi kenyataan.
Orang-orang senang dengan gagasan bahwa mungkin ada makhluk berbulu mirip kera yang bersembunyi di hutan.
Dr. Jeffrey Meldrum telah memiliki lebih dari 300 jejak kaki dari primata Amerika Utara yang misterius, dan menulis buku yang mengekplorasi bukti ilmiah untuk Bigfoot, Sasquatch : Legend Meet Science.
"Bukti sejarah keberadaan Bigfoot telah mengambil bentuk dari laporan penduduk asli Amerika tentang 'manusia liar dari hutan'. Penggambarannya sungguh mirip di antara suku, mengingat keadaan dan interpretasi regional yang berbeda."
"Saat para pemukim Eropa mendesak masuk ke barat, ke hutan belantara, mereka juga melaporkan pertemuan dengan manusia liar, kera berbulu raksasa, setan gunung, dan lain-lain."
"Dari sudut pandang saya, sebagai mahasiswa human bipedalism - adaptasi kami untuk berjalan dengan dua kaki, bukti kontemporer terbaik adalah jejak kaki yang menguatkan kisah-kisah tentang manusia liar ini."
"Sesuatu meninggalkan jejak (seperti) manusia yang berukuran terlalu besar. (Jejak-jejak itu) entah tipuan, kesalahan identifikasi, atau jejak dari spesies yang nyata. Anatomi khas, yang didokumentasikan secara konsisten selama 70 tahun terakhir, adalah bukti kuat yang terakhir."
Jeremiah Byron, pembawa acara Podcast Bigfoot Society, menyediakan platform bagi orang-orang yang menjadikan pekerjaan hidup mereka untuk membuktikan bahwa Bigfoot itu ada.
"Bukti favorit saya adalah sarang yang ditemukan oleh Shane Corson dan anggota Proyek Olimpiade di Negara Bagian Washington. Ahli primatologi dari kebun binatang yang tidak disebutkan namanya, dibawa ke area sarang dan mengatakan bahwa sarang ini dibuat oleh sejenis primata, karena pengetahuannya tentang bagaimana primata membuat struktur ini."
"Hal ini memberi tahu saya bahwa kita sedang berhadapan dengan primata kera besar Amerika Utara yang sama sekali belum didokumentasikan atau ditangkap, karena sebagian besar wilayah Pasifik Barat Laut belum ditemukan dan belum dijelajahi."
Ronny Le Blanc, pembawa acara Expedition Bigfoot di Travel Channel, berserta timnya mengklaim memiliki Bukti Bigfoot yang termasuk sampel rambut, vokalisasi infra-suara, jejak kaki, sarang, dan gambar thermal.
"Beberapa bukti terbaik untuk Bigfoot terus muncul dari pejalan kaki, pemburu, dan mereka yang dekat dengan alam. Saksi yang mengaku berulang kali dikunnjungi oleh keluarga Sasquatch menjadi lebih umum. Laporan pertemuan dengan makhluk bipedal berbulu mirip manusia terus berlanjut tanpa tanda-tanda melambat."
"Sierra Sounds yang direkam oleh Ron Moorehead dan Al Berry adalah (orang yang patut) mendapat pujian . Vokalisasi di bawah kisaran pendengaran manusia normal oleh hewan tak dikenal di Amerika Utara serta gambar thermal yang luar biasa telah ditangkap oleh tim Ekspedisi Bigfoot saat berada di Oregon."
"Berkenaan dengan bukti sejarah, banyak suku asli Amerika di seluruh Amerika Utara mengakui Sasquatch sebagai makhluk nyata. Dan itu bukan hanya di sini, ini adalah fenomena internasional. Suku-suku di seluruh Amerika Serikat memiliki deskripsi dan nama untuk makhluk ini. Beberapa di antaranya (menggunakan nama yang) mengancam seperti 'Kanibal Berbulu', 'Raksasa Batu', 'Iblis Kayu'."
"Nama lain lebih mudah dipahami seperti 'The Forest People', yang menggambarkan Bigfoot sebagai makhluk yang dihormati dan hidup berdampingan."
"Penjaga Pengetahuan Suku Hoopa California Utara, misalnya, membuat daftar Tujuh Hukum Suci yang bertindak sebagai dasar hubungan masyarakat dengan alam."
"Masing-masing hukum ini secara visual diwakili oleh hewan nyata. Ke tujuh hewan ini termasuk kerbau, elang, beruang, berang-berang, serigala, kura-kura, dan Bigfoot."
Matt Moneymaker adalah pendiri BFRO dan pembawa acara Finding Bigfoot di Animal Planet. Kelompoknya memiliki database penampakan paling komprehensif di dunia, dengan hampir 5.000 pertemuan yang dilaporkan dalam 25 tahun terakhir.
"Bukti terbaik bahwa Bigfoot ada adalah masalah pribadi. Jika anda pernah melihat Bigfoot dari dekat (seperti yang saya miliki), maka sejauh ini, itu adalah bukti terbaik. Jika anda belum pernah melihat Bigfoot sendiri, tetapi anda menghadiri Skookum Expedition tahun 2000, maka Skookum Cast adalah bukti untuk anda."
Skookum cast adalah cetakan yang menunjukkan jejak dari apa yang tampak seperti lengan kiri, pinggul, paha, dan bokong hewan besar, yang ditemukan di kubangan berlumpur di dekat Gunung Adams, bagian selatan negara Washington pada tahun 2000, dan menurut beberapa orang, jejak tersebut dibuat oleh Bigfoot.
"Sebelum pertemuan dekat (yang) saya (alami), bukti terbaik adalah lolongan dan ketukan yang saya dengar di Ohio. Dan sebelum itu, jejak yang saya lihat secara langsung dan saksi mata yang saya temui, adalah bukti terbaik."
"Jika anda berdiri jauh dari subjek, maka bukti terbaik masih merupakan hal yang kolektif. Ini adalah totalitas mengenai bukti, bukan hanya satu hal (item). Jika anda hanya dapat melihat satu item, dan anda perlu berpura-pura bahwa itu adalah satu-satunya item, maka anda mungkin harus menonton analisis National Geographic dari rekaman Patterson-Gimlin."
"Berdasarkan cara melangkah, itu terlihat terlalu natural, jika itu adalah kostum, terutama untuk (raksasa berukuran) 7 kaki. Dan anda melihat bagaimana otot di antara bahu dan kepalanya meregang saat itu melirik."
"Ada alasan yang bagus dan hal mengapa ini bisa jadi nyata, tetapi alasan utama saya sulit mempercayainya adalah bagaimana (makhluk) itu berbalik dan melihat ke arah kamera, seakan ia tahu (ada kamera di sana) dan sedang direkam. (Makhluk) itu juga tidak berhenti berjalan saat melihat sekitar. Sebagian besar waktu, ketika binatang mendengar atau melihat sesuatu, mereka entah berhenti atau berhenti sebentar untuk melihat atau mereka terkejut dan melarikan diri."
"Dengan teknologi yang kita miliki sekarang dan (dengan) banyaknya analisis video, jika rekaman itu palsu, kita seharusnya sudah mengetahuinya sekarang."
Apakah ada kemungkinan Bigfoot menjadi makhluk yang nyata ? Ya, kemungkinannya selalu ada. Kita perlu tahu bahwa ada beberapa hewan yang sebelumnya termasuk makhluk cryptid, sebelum akhirnya mereka secara resmi ditemukan. Beberapa di antaranya seperti :
Pada abad ke-18, naturalis bahkan tidak yakin bahwa Platypus adalah makhluk asli. Faktanya, saat mendeskripsikan bangkai platypus, George Shaw (ahli zoologi Inggris) mengakui bahwa makhluk itu hanya tipuan. Beberapa tahun kemudian, keberadaan Platypus mulai dikonfirmasi dan diterima secara resmi.
Sebelum tahun 1901, penduduk asli Afrika benar-benar tidak mengetahui Okapi, dan pengetahuan mereka tentang Okapi lebih banyak berasal dari tanda kuku dan jejak kaki, daripada kontak langsung. Bahkan pada tahun 1800an, para penjelajah mendengar rumornya sebagai keledai bergaris
Okapi tetap mempertahankan status legendarisnya sampai tahun 1901, saat ahli zoologi dan pejabat kekaisaran Sir Harry Johnston, dengan banyak bantuan dari penduduk asli, dapat memperoleh tengkorak okapi dan beberapa kulit, dan dengan bukti inilah makhluk itu keberadaan seperti yang akhirnya dikonfirmasi.
Pada Abad pertengahan hingga Renaisans, tanduk unicorn sangat populer, tanduk ini diyakini milik makhluk mitologi berwujud kuda yang memiliki tanduk.
Bagaimanapun, tanduk itu kemudian diketahui sebagai gading narwhals, yang diburu oleh orang Viking lalu dijual dengan mahal, tetapi mereka tidak menyebutkan dari hewan apa tanduk itu berasal.
Sebuah desas-desus tentang kadal prasejarah raksasa yang berkeliaran di pulau terpencil di Indonesia, sebelumnya hanyalah rumor, sampai pada tahun 1910, seorang pejabat kolonial Belanda, melakukan ekspedisi, menangkap, lalu membunuh spesimen, dan membawanya ke Museum Zoologi dan Kebun Raya Bogor, yang menjuluki sebagai spesies Varanus komodensis, atau yang lebih dikenal sebagai komodo.
Ketika berbicara mengenai makhluk berbulu gelap dengan kekuatan 10 kali lipat dari manusia yang buas, hidup di alam liar di suatu tempat yang jauh di pedalaman hutan, tentu yang pertama kali terlintas di pikiran adalah sosok Bigfoot. Namun, ribuan tahun yang lalu, orang-orang tidak menghubungkannya dengan makhluk legendaris tersebut.
Sejak abad ke-5 SM, para penjelajah menceritakan kisah "monster" mirip manusia yang mengunjungi perkemahan mereka. Barulah pada tahun 1874, para ilmuwan memperoleh beberapa tulang dan tengkorak, yang secara resmi mengidentifikasi monster tersebut sebagai spesies gorila.
Masih ada beberapa hewan yang pernah digolongkan sebagai makhluk mitos atau makhluk cryptid, yang ternyata benar-benar nyata dan keberadaan sudah diakui hingga saat ini.
Faktanya, menurut beberapa perkiraan, para ilmuwan menemukan spesies baru setiap saat, sebanyak 20.000 per tahun. Menurut studi dalam jurnal PLOS Biology memperkirakan bahwa lebih dari 80 persen spesies di Bumi masih menunggu untuk ditemukan.
Jika memeriksa kasus makhluk-makhluk cryptid yang kemudian menjadi makhluk nyata, terdapat beberapa pola yang muncul, yaitu bahwa semuanya adalah makhluk yang hidup di bagian dunia yang sangat terisolasi.
Tempat mereka umumnya adalah area yang tidak hanya menjadi penghalang eksplorasi manusia, tetapi juga hampir membuat eksplorasi itu tidak mungkin dilakukan secara fundamental, seperti kedalaman laut atau hutan yang sangat lebat.
Sebagian besar dari mereka adalah makhluk soliter, menunjukkan perilaku yang membuat mereka secara alami menolak untuk berinteraksi dengan manusia.
Apa yang disebut sebagai "bukti" untuk Bigfoot, terlepas dari validitasnya (keasliannya), masih akan menarik sedikit perhatian dan publisitas.
Yang disayangkan adalah, teknologi yang seharusnya membantu orang dalam mencari kebenaran, karena dicampuri oleh berbagai tipuan yang sengaja dibuat, malah membuat kebenaran lebih sulit untuk ditemukan daripada sebelumnya.
Saat ini Bigfoot telah menjadi ikon budaya, yang telah dikenal di seluruh dunia. Apakah itu kebutuhan untuk merasakan kebebasan alam, rasa penemuan, atau hanya kecanduan ketenaran, jelas bahwa kepercayaan pada Bigfoot bukanlah sesuatu yang akan segera hilang.
Legenda dan mitos Bigfoot mungkin akan terus berlanjut selama orang-orang masih hidup untuk menceritakan kisahnya yang telah melegenda.
Selain Film Patterson-Gimlin, ada juga rekaman yang mungkin menjadi rekaman paling terkenal setelah Film Patterson, yang dikenal sebagai The Freeman Footage, dan mungkin masuk ke dalam bukti Bigfoot paling kredibel.
Rekaman ini diambil oleh Paul Freeman (seorang pekerja dan peneliti Bigfoot) pada tahun 1994 di Oregon dekat Blue Mountains, di mana meskipun videonya berkualitas rendah, dan diklaim memperlihatkan dua Sasquatch, rekaman ini telah dianggap asli oleh beberapa peneliti Bigfoot.
(Sumber : So, Why Do People Believe In Bigfoot Anyway, Is Bigfoot real You likely already know the answer, Small Evidence for Bigfoot, Why Americans Need to Believe in Bigfoot, Is There Any Proof that Bigfoot Is Real, What’s the Best Evidence Bigfoot Exists)
Baru tau saya yg soal The Freeman Footage, barusan saya cek videonya, sesuai kata admin kualitas videonya rendah, next menarik juga kalau admin mau bahas soal The Freeman Footage
ReplyDeleteMungkin nanti Freeman Footage akan di bahas juga di blog ini ..
DeleteSERU MIN😊
ReplyDeleteThanks ..
DeleteLebih baik sesuatu tetap tersembunyi dan jadi misteri daripada sudah diketahui secara luas lalu dirusakin keberadaannya
ReplyDelete