Setelah berhari-hari kondisi kesehatannya memburuk, Sudan, badak putih Utara jantan terakhir di dunia, pada akhirnya harus mati pada 19 Maret 2018.
Sudan, yang telah berusia 45 tahun, telah berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dalam beberapa hari terakhir, dan harus dirawat karena masalah komplikasi terkait usia dan infeksi berulang pada kaki belakang kanannya.
Sudan disuntik mati oleh dokter hewan di Ol Pejeta Conservancy, setelah dia tidak dapat berdiri dan sangat menderita dalam 24 jam terakhirnya.
"Kematiannya adalah simbol dari kekejaman dan ketidakpedulian manusia atas alam dan itu membuat sedih semua orang yang mengenalnya," ujar Jan Stejskal, pejabat di Dvur Kralove Zoo (Republik Ceko), tempat Sudan pernah tinggal sampai tahun 2009.
"Kami hanya bisa berharap bahwa dunia belajar dari kehilangan Sudan dan mengambil setiap langkah untuk mengakhiri semua perdagangan cula badak. Sementara harga cula badak jatuh di Cina dan Vietnam, perburuan cula masih menjadi ancaman bagi semua spesies badak," kata CEO WildAid Peter Knights.
Kepercayaan di Asia mengatakan bahwa cula badak dapat menyembuhkan penyakit.
Para ahli juga mengatakan bahwa cula badak menjadi lebih menguntungkan daripada narkoba.
Para peneliti mampu menyelamatkan beberapa materi genetik Sudan (pada hari senin) dengan harapan bisa melakukan inseminasi buatan kepada salah satu dari dua betina yang masih ada.
Rencananya adalah menggunakan sperma yang telah disimpan dari beberapa badak putih Utara jantan, dan telur dari sisa badak betina yang masih muda, dan menanamkan embrionya pada badak putih Selatan.
"Dia (Sudan) adalah raksasa yang lembut, kepribadiannya luar biasa dan mengingat ukuran tubuhnya, banyak orang takut kepadanya. Tapi tidak ada yang jahat mengenainya," ujar Elodie Sampere, pewakilan untuk OI Pejeta.
Kematian Sudan (sejak 19 Maret lalu) menjadikan Najin dan Fatu (keduanya betina) sebagai dua badak putih Utara yang tersisa dari subspesiesnya di dunia.
(Sumber : bbc.com, edition.cnn.com)
No comments:
Post a Comment