Bili Ape atau Bondo Mystery Apes adalah primata besar yang mendiami wilayah terpencil Bili Forest, Republik Demokratik Kongo. Bili Ape mungkin adalah hewan persilangan antara seekor gorila dan simpanse, atau mungkin spesies baru dari keduanya.
Dalam bahasa lokal, kera besar Bili Forest terbagi menjadi dua kelompok yang berbeda.
Ada yang disebut "pemukul pohon", yang berada di pohon untuk menjaga mereka tetap aman dan sangat mudah sekali ditembak oleh pemburu lokal menggunakan panah beracun.
Bili Ape di tahun 1912 |
Ada juga yang disebut "pembunuh singa", yang sangat jarang menaiki pohon. Mereka lebih besar dan lebih gelap. Panah beracun pemburu lokal, tidak berpengaruh terhadapnya.
Pada tahun 1996, fotografer alam liar dan ahli konservasi Swiss, Karl Ammann, mengunjungi wilayah tersebut untuk pertama kalinya, sebagai tujuan untuk mencari gorila.
Alih-alih bertemu gorila, dia menemukan tengkorak seperti milik simpanse, namun dengan bagian atas kepala yang menonjol seperti gorila.
Ammann lalu membeli sebuah kamera dari seorang pemburu gelap, dan menangkap sebuah gambar dari apa yang terlihat seperti simpanse berukuran besar.
Ammann juga mengukur sebuah jejak kaki yang sama besar atau lebih besar dari seekor gorila.
Pada tahun 2000, Ammann kembali menuju daerah tersebut bersama dengan sekelompok peneliti kera. Meski mereka tidak menemukan Bili Ape dalam keadaan hidup, mereka menemukan beberapa sarang yang karakteristiknya mirip sarang gorila di sekitar sungai berawa.
Menurut laporan National Geographic : "Kera itu membuat sarang di tanah seperti gorila, tetapi makanan dan karakteristik mereka terlihat seperti simpanse."
Mereka membangun sarang di tanah seperti yang dilakukan gorila, menggunakan cabang atau pohon muda yang saling terhubung, lalu membungkuk ke bawah hingga membentuk seperti mangkuk.
Bagaimanapun, mereka juga sering membuat sarang di pohon. Sarang tanah mereka sering ditemukan di bawah atau berdekatan dengan sarang pohon. Makanan mereka diketahui terdiri dari berbagai macam buah-buahan.
Bili Ape telah dilaporkan sebagai makhluk bipedal yang berjalan tegak setinggi 1,5 - 1,7 meter, dengan penampilan seperti simpanse raksasa.
Jejak kaki mereka berukuran 28 sampai 34 cm, lebih panjang daripada jejak simpanse besar pada umumnya, dan juga jejak dari gorila, yang hanya berukuran 26 - 29 cm.
Tengkorak Bili Ape memiliki punggungan alis menonjol dan terkadang memiliki sagittal crest (tulang punggung yang membentang di sepanjang garis tengah tengkorak bagian atas) menyerupai gorila, namun berdasarkan pengukuran morfologi lainnya, mereka mirip dengan yang dimiliki simpanse.
Tengkorak simpanse berukuran panjang 190 sampai 210 milimeter, sedangkan empat dari lima tengkorak Bili Ape berukuran lebih dari 220 milimeter.
Hanya satu dari beberapa tengkorak yang ditemukan di Bili Forest yang memiliki sagittal crest (puncak sagittal).
Menurut Williams : "Mereka memiliki muka yang sangat datar, moncong lebar, dan punggung alis menonjol. Mereka tampaknya berwarna abu-abu selama awal hidup mereka, tapi bukannya berubah menjadi abu-abu lalu hitam seperti gorila, mereka berubah menjadi abu-abu seluruhnya."
Mereka telah mengembangkan bulu abu-abu secara independen berdasarkan usia dan jenis kelamin, yang menyarankan bahwa warna abu-abu terjadi pada awal kehidupan mereka.
Pada tahun 2001, tim ilmuwan internasional termasuk George Schaller dari Wildlife Conservation Society, dan Mike Belliveau dari Harvard University, direkrut oleh Karl Ammann untuk mencari Bili Ape, namun usaha mereka tidak membuahkan hasil.
Ilmuwan pertama yang berhasil melihat Bili Ape adalah Shelly Williams, seorang spesialis perilaku primata, yang juga merekrut Karl Ammann.
Williams melaporkan pertemuan dekat sekaligus mengerikan dengan Bili Ape.
"Kami dapat mendengar mereka di pohon, sekitar 10 meter jauhnya, dan tiba-tiba sejumlah empat ekor bergegas datang melalui semak di depan saya. Jika ini adalah sebuah serangan, mereka (tentunya) akan berteriak untuk mengintimidasi kami. Mereka sangat tenang dan sangat besar. Mereka datang untuk membunuh, namun setelah mereka melihat wajah saya, mereka berhenti dan menghilang."
"Karakteristik unik mereka tidak sesuai dengan kelompok kera lainnya," Ujar Williams.
Pada Juni 2006, British Science Weekly melaporkan bahwa Cleve Hicks dan rekannya dari University of Amsterdam telah menyelesaikan perburuan setahun penuh terhadap kera ini, di mana mereka dapat mengamati makhluk tersebut selama total 20 jam penuh.
Sampel DNA yang berasal dari kotoran, menegaskan kembali klasifikasi kera ini sebagai subspesies dari Pan troglodytes schweinfurthii.
Hicks mengalami pertemuan dengan kelompok besar kera ini di barat laut Bili Forest atau di pedalaman hutan. Hal itu merupakan pertemuan pertama dengan Bili Ape, di mana pejantan dewasa tidak melarikan diri setelah melihat manusia.
Kera besar itu akan mengelilingi manusia dan menunjukkan rasa ingin tahu mereka.
Mereka pun tidak akan menyerang ataupun merasa terancam dengan kedatangan manusia.
Menurut Ammann, Bili Ape akan berhadapan secara langsung dengan manusia, memandang dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk pengenalan, kemudian pergi atau menjauh secara tenang.
Pada awal Juli 2007, aktivitas penambangan emas yang terlihat di kawasan Bili dapat membahayakan kelangsungan hidup simpanse, gajah, dan megafauna lain di wilayah tersebut.
Hicks juga menemukan kulit okapi dan kulit macan tutul dalam jumlah besar, bersamaan dengan daging dan gading gajah yang akan diperdagangkan secara ilegal.
Keberadaan Bili Ape sangat terancam oleh para pemburu gelap, dan juga oleh kehadiran para penambang emas yang memasuki habitatnya.
(Sumber: Wikipedia)
No comments:
Post a Comment