Mongolian death worm (cacing kematian Mongolia), atau dalam sebutan lain disebut sebagai Olgoi-Khorkoi yang berarti "cacing usus besar", adalah makhluk yang digambarkan sebagai cacing besar berukuran sekitar 2 sampai 7 kaki (60cm - 2 meter), yang hidup di Gurun Gobi.
Mongolian death worm dikatakan menghuni bagian barat atau selatan Gurun Gobi. Dalam buku Altajn Tsaadakh Govd (1987), Ivan Mackerle menggambarkannya sebagai hewan bawah tanah, dan terkadang menciptakan gelombang pasir di permukaan yang memungkinkannya terdeteksi dari luar tanah.
Orang-orang Mongolia mengatakan bahwa cacing ini dapat membunuh mangsanya dari jarak jauh, entah itu dengan menyemprotkan racun, atau dengan cara mengeluarkan semacam aliran listrik.
Mereka juga mengatakan bahwa cacing ini berhibernasi sepanjang tahun, kecuali bulan Juni dan Juli (Pada bulan ini mereka sedang aktif).
Cacing ini paling sering datang ke permukaan ketika sedang hujan atau tanah dalam keadaan basah.
Banyak penduduk setempat telah melihat cacing mematikan ini ketika dalam keadaan tersebut, dan mereka percaya jika seseorang berada di dekatnya, cacing ini akan mengeluarkan semacam kejutan listrik.
Penduduk setempat mengklaim bahwa cacing ini dapat ditemukan di sekitar tanaman berbentuk aneh bernama Goyo plants.
Menurut legenda, Cacing ini sangat ditakuti oleh penduduk setempat, karena dapat membunuh dengan cara yang mengerikan.
Termasuk menyemprotkan racun korosif (asam) yang mematikan, dan konon dapat menyetrum korban dari kejauhan.
Ketika cacing ini akan menyerang, dia akan menaikan separuh tubuhnya dari pasir dan mulai mengembang, lalu melepaskan racun mematikan di seluruh tubuh korban. Racunnya sangat berbisa sehingga korbannya akan langsung mati.
Pengembara asal Mongolia percaya bahwa cacing raksasa ini menutupi mangsanya dengan zat asam yang mengubahnya menjadi warna kuning berkarat. Cacing ini sering memangsa hewan ternak, khususnya seekor unta dan terkadang menyerang manusia.
Pada tahun 1922, Perdana Menteri Mongolia, Damdinbazar menggambarkan cacing ini sebagai : "Makhluk berbentuk sosis dengan panjang 60 cm, tidak memiliki kepala atau kaki, sangat beracun bila disentuh dan tinggal di bagian terpencil Gurun Gobi."
Salah satu detektif Loch Ness Monster terkemuka, Ivan Mackerle, mempelajari wilayah penampakan dan mewawancarai penduduk setempat mengenai cacing tersebut.
Karena banyaknya penampakan dan kasus kematian yang aneh, dia menyimpulkan bahwa Mongolian death worm lebih dari sekedar legenda.
Ivan Mackerle |
Menurut ahli biologi Inggris, Karl Shuker dalam bukunya berjudul The Unexplained: An Illustrated Guide to the World's Paranormal Mysteries, dia mengatakan bahwa salah satu makhluk paling sensasional di dunia dapat di sembunyikan di tengah pasir Gurun Gobi Selatan.
Makhluk ini dikatakan menyerupai cacing lemak besar, panjangnya sekitar 1 meter dan berwarna merah tua, dengan semacam ujung runcing pada mulutnya.
Makhluk ini menghabiskan sebagaian besar waktunya bersembunyi di bawah gurun pasir, tapi ketika makhluk ini terlihat tergeletak di permukaan, itu sangat dihindari oleh penduduk setempat.
Penampakan pertama dari cacing ini berasal dari tahun (1926-1927), oleh ahli Paleontologi Amerika bernama Roy Chapman Andrews. Dia tidak percaya bahwa yang dia lihat ketika itu adalah bagian ekor dari makhluk tersebut, dan penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui jenis makhluk tersebut.
Roy Chapman Andrews |
Ahli paleontologi Amerika tidak diyakinkan oleh cerita tentang monster yang dia dengar di sebuah pertemuan para pejabat Mongolia:
"Tidak seorang pun dari mereka yang pernah melihat makhluk itu, tapi mereka semua benar-benar percaya akan keberadaannya dan menggambarkannya dengan teliti."
Pencarian lainnya dilakukan antara tahun 1946 sampai 1949, di mana mereka pergi lebih jauh lagi untuk mengetahui letak keberadaan cacing ini dan juga membandingkan penampakan yang mereka alami dengan penjelasan oleh penduduk setempat.
Yuri Oslov mengatakan bahwa dia pernah melihat dan menyaksikan makhluk dengan deskripsi seperti itu.
Pada akhir tahun 90-an, Ivan Mackerle melakukan banyak ekspedisi di Gurun Gobi dengan harapan bisa melihat cacing mematikan ini, walaupun hanya sekilas.
Ekspedisinya menghasilkan sesuatu yang menurutnya positif untuk menemukan keberadaan cacing mematikan tersebut.
Dr. Jada Prokopec dan Ivan Mackerle dalam pencariannya di Gurun Gobi |
Cerita lainnya yang cukup terkenal di kalangan pengembara adalah ketika seorang anak laki-laki yang konon diikuti oleh cacing mematikan ini dan mayatnya di temukan di dekat rumahnya.
Dipercaya bahwa dia mati saat menyentuh cacing tersebut.
Melihat sebuah jejak di pasir, keluarga anak laki-laki tersebut pergi untuk membalaskan dendam kepada binatang yang telah menyebabkan anaknya tewas, namun keluarga tersebut pada akhirnya tidak pernah kembali.
Seorang ahli cryptozoology, Richard Freeman melakukan ekspedisi pada tahun 2005 untuk mengetahui apakah cacing mematikan tersebut memang berada di Mongolia.
Mereka menemukan bahwa seluruh desa telah bergeser atau berpindah dari posisi sebelumnya, saat penduduk desa tersebut mendengar tentang penampakan munculnya seekor hewan berbisa.
Richard Freeman |
Dalam salah satu ekspedisi Freeman, juru bahasa lokal mereka, telah menceritakan kejadian yang menimpa tim ekspedisi lain yang mengunjungi desa Suji.
Salah satu dari mereka menusuk pasir dengan menggunakan batang besi, sesaat kemudian dia ditemukan tewas. Yang lainnya merasakan guncangan di tanah, lalu melihat sesuatu yang keluar dari pasir, mereka pun berlarian karena ketakutan.
Pada tahun yang sama, sebuah ekspedisi dari Center For Fortean Zoology melintasi seribu mil dari Gobi mengikuti jalur yang diduga berasal dari cacing tersebut.
Mereka menyimpulkan bahwa makhluk itu mungkin sejenis kadal cacing yang besar.
Serial televisi reality show "Destination Truth" melakukan ekspedisi dari tahun 2006-2007.
Seorang reporter asal Selandia Baru, David Farrier dari TV3 News, ikut serta dalam sebuah ekspedisi pada tahun 2009, namun tidak membuahkan hasil.
Dia setidaknya telah melakukan wawancara dengan penduduk setempat yang mengaku telah melihat cacing tersebut dan menyebutkan bahwa penampakan cacing ini memuncak pada tahun 1950an.
Selama tahun 2013, beberapa penampakan Mongolian death worm sempat tertangkap kamera. Namun, orang-orang percaya bahwa itu hanya cacing biasa, warnanya pun tidak berwarna merah, seperti gambaran dari Mongolian death worm.
Berbagai penjelasan telah dikemukakan untuk mengetahui jenis cacing ini, termasuk kemungkinan jika cacing ini adalah sejenis ular berbisa, kadal, ular boa pasir, dan kadal cacing.
Jenis hewan yang mendekati dengan Mongolian death worm mungkin adalah ular boa pasir dan kadal cacing.
Ular Boa Pasir |
Kadal Cacing |
Namun, yang membingungkan adalah pernyataan bahwa cacing ini mengeluarkan racun korosif (asam).
Menurut beberapa orang yang telah melakukan penelitian terhadap cacing ini, berpendapat bahwa pernyataan tersebut hanyalah cerita yang sengaja dibuat dan dibesar-besarkan, agar penduduk merasa ketakutan dan menjauhi hewan ini.
Kisah Mongolian death worm pernah diangkat ke dalam film layar lebar dan beberapa acara televisi, seperti pada film Mongolian death worm tahun 2010.
Serial Beast Hunter, yang dibintangi oleh Pat Spain di National Geographic Channel, menampilkan sebuah episode tentang pencarian keberadaan makhluk tersebut.
Cacing ini muncul sekilas dalam film terakhir The Hobbit, dengan sebutan "Were-worms". Tolkiens secara khusus menghubungkan monster ini dengan cacing besar Gurun Gobi.
Di film Tremors, musuh utama dalam film ini didasarkan pada makhluk cryptid yang dijuluki Mongolian death worm.
Menurut kabar yang beredar, banyak dari penduduk yang percaya pada makhluk itu, mengakui bahwa tidak ada bukti kuat tentang keberadaanya, namun mereka percaya bahwa legenda dan cerita mereka itu, pasti memiliki dasar kebenaran sejarah terdahulu.
Dengan tidak adanya bukti foto, ataupun bangkai dari cacing ini, memperkuat bukti bahwa keberadaan cacing ini hanyalah sebuah legenda, yang diceritakan secara turun-menurun, sehingga legenda tersebut menyebar ke seluruh wilayah dan menjadi terkenal.
(Sumber : Wikipedia)
No comments:
Post a Comment